Senin, 15 Juni 2009

KODE KEHORMATAN GERAKAN PRAMUKA


Kode kehormatan adalah suatu norma atau nilai-nilai luhur dalam kehidupan para anggota Gerakan Pramuka yang merupakan ukuran atau standar tingkah laku seorang anggota pramuka. Kode kehormatan di kalangan anggota pramuka terdiri dari dua macam kode, yaitu :

1. Janji (Satya), yang berupa Dwi Satya (untuk pramuka golongan Siaga) atau Tri Satya (untuk      pramuka golongan Penggalang, Penegak, Pandega dan Pramuka Dewasa).
2. Ketentuan moral (Dharma), yang berupa Dwi Dharma (untuk pramuka golongan Siaga) atau      Dasa Dharma (untuk pramuka golongan Penggalang, Penegak, Pandega dan Pramuka      Dewasa).

Bunyi dari kode kehormatan dikalangan anggota pramuka adalah sebagai berikut :

DWI SATYA
(Untuk Pramuka Golongan Siaga)

          Aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
         - Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan               menurut aturan keluarga;
          -   Setiap hari berbuat kebaikan.


DWI DHARMA
(Untuk Pramuka Golongan Siaga)

                                               - Siaga itu menurut ayah dan ibundanya
                                               - Siaga itu berani dan tidak putus asa.


TRI SATYA

(Untuk Pramuka Golongan Penggalang)


             Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
             - Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan                menjalankan Pancasila
            -  Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat
            -  Menepati Dasa Dharma


TRI SATYA
(Untuk Pramuka Golongan Penegak, Pandega dan Pramuka Dewasa)


Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
- Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menjalankan Pancasila
- Menolong sesama hidup dan ikut serta membangun masyarakat
- Menepati Dasa Dharma



Kalau kita perhatikan isi dari Tri Satya, baik untuk pramuka golongan Penggalang maupun Tri Satya golongan Penegak, Pandega dan Pramuka Dewasa terdapat enam kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang anggota pramuka, yaitu :

1. Kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Kewajiban terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Kewajiban terhadap Pancasila;
4. Kewajiban terhadap sesama hidup;
5. Kewajiban terhadap masyarakat;
6. Kewajiban terhadap Dasa Dharma.


DASA DHARMA PRAMUKA
(Untuk Pramuka Golongan Penggalang, Penegak, Pandega dan Pramuka Dewasa)


                           Pramuka itu :
                          1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
                          2. Cinta Alam dan kasih sayang sesame manusia
                          3. Patriot yang sopan dan kesatria
                          4. Patuh dan suka bermusyawarah
                          5. Rela menolong dan tabah
                          6. Rajin, terampil dan gembira
                          7. Hemat, cermat dan bersahaja
                          8. Disiplin, berani dan Setia
                          9. Bertanggung-jawab dan dapat dipercaya
                        10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan


Dari Dasa Dharma diatas, kita dapat menjabarkannya menjadi banyak sikap hidup (pola tingkah laku) sehari-hari, seperti misalnya :

1. Yang sesuai dengan Dharma ke- 1 (Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) dari Dasa Dharma,      yaitu :
     - Beribadah menurut agamanya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Dengan menjalankan         semua perintah-Nya dan meninggalkan segala larang-larangan-Nya.
    - Patuh dan berbhakti kepada orang tua
    - Sayang kepada sesama saudara
    - Dan sebagainya.

2. Yang sesuai dengan Dharma ke- 2 (Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia) dari Dasa     Dharma, yaitu :
    - Menjaga kebersihan sanggar pramuka, kelas dan lingkungan sekolah
    - Ikut menjaga kelestarian alam, baik flora maupun Faunanya
    - Membantu fakir miskin, anak yatim piatu, orang tua jompo
    - Mengunjungi saudara atau teman yang sakit
    - Dan sebagainya

3. Yang sesuai dengan Dharma ke- 3 (Patriot yang sopan dan kesatria) dari Dasa Dharma, yaitu :
    - Mengikuti upacara sekolah atau upacara latihan dengan baik
    - Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
    - Ikut serta dalam pertahanan bela Negara
    - Melindungi kaum yang lemah
    - Belajar disekolah dengan baik
    - Ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan
    - Dan sebagainya.

4. Yang sesuai dengan Dharma ke- 4 (Patuh dan suka bermusyawarah) dari Dasa Dharma, yaitu :
    - Mengerjakan tugas-tugas dari guru, Pembina atau orang tua dengan sebaik-baiknya
    - Patuh kepada orang tua, guru dan Pembina
    - Berusaha untuk mufakat dalam setiap musyawarah
    - Tidak mengambil keputusan yang tergesa-gesa yang didapatkan tanpa melalui musyawarah
    - Dan sebagainya.

5. Yang sesuai dengan Dharma ke- 5 (Rela, menolong dan tabah) dari Dasa Dharma, yaitu :
    - Berusaha menolong orang yang sedang mengalami musibah atau kesusahan
    - Setiap menolong harus dengan hati yang ikhlas, tidak meminta pamrih atau persenan
    - Tabah didalam menghadapi berbagai cobaan atau kesulitan
    - Tidak banyak mengeluh, dan tidak mudah putus asa
    - Bersedia menolong tanpa diminta
    - Dan sebagainya

6. Yang sesuai dengan Dharma ke- 6 (Rajin, terampil dan gembira) dari Dasa Dharma, yaitu :
    - Tidak pernah membolos dari sekolah
    - Selalu hadir dalam setiap latihan atau pertemuan pramuka
    - Dapat membuat berbagai macam kerajinan atau hasta karya yang berguna
    - Selalu riang gembira didalam melakukan kegiatan atau pekerjaan
    - Dan sebagainya

7. Yang sesuai dengan Dharma ke- 7 (Hemat, cermat dan bersahaja) dari Dasa Dharma, yaitu :
   - Tidak boros dan bersikap hidup mewah
   - Rajin menabung
   - Selalu teliti didalam melakukan sesuatu
   - Bersikap hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan
   - Bisa membuat perencanaan dalam melakukan tindakan
   - Dan sebagainya.

8. Yang sesuai dengan Dharma ke- 8 (Disiplin, berani dan setia) dari Dasa Dharma, yaitu :
   - Selalu menepati waktu yang telah ditentukan
   - Mendahulukan kewajiban terlebih dahulu dibandingkan haknya
   - Berani mengambil keputusan
   - Tidak pernah mengecewakan orang lain
   - Tidak pernah ragu-ragu didalam bertindak
   - Dan sebagainya.

9. Yang sesuai dengan Dharma ke- 9 (Bertanggung-jawab dan dapat dipercaya) dari Dasa      Dharma, yaitu :
     - Menjalankan segala sesuatu dengan bersungguh-sungguh
     - Tidak pernah mengecewakan orang lain
     - Bertanggung-jawab atas segala keputusan dan perbuatannya
     - Dan sebagainya

10. Yang sesuai dengan Dharma ke- 10 (Suci dalam pikiran, perbuatan dan perbuatan) dari Dasa       Dharma, yaitu :
      - Berusaha untuk berkata baik dan benar serta tidak pernah berbohong
      - Tidak pernah menyusahkan atau mengganggu orang lain
      - Berbuat baik kepada semua orang
      - Selalu berpikiran positif kepada setiap orang lain
      - Dan sebagainya.

Jadi dengan adanya kode kehormatan bagi Gerakan Pramuka diharapkan pola tingkah laku atau tindakan para anggota Gerakan Pramuka akan menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran dari Pendidikan Gerakan Pramuka, seperti tercantum dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.

PENGERTIAN, SIFAT DAN FUNGSI KEPRAMUKAAN

PENDAHULUAN.

Apakah kepramukaan itu ? menurut Baden-Powell (terjemahan) yaitu: “Kepramukaan itu bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupakan kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Bukan ! “Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkannya”. Dari penjelasan Baden-Powell tersebut, kita dapat mengambil maknanya, yaitu: “Kepramukaan adalah suatu permainan yang mengandung pendidikan”.


SIFAT KEPRAMUKAAN.

Resolusi konferensi kepramukaan sedunia tahun 1924, bertempat di kopenhagen Denmark. Menyatakan bahwa kepramukaan mempunyai 3 (tiga) sifat yaitu :

1. Nasional, artinya kepramukaan itu diselenggarakan di masing-masing Negara disesuaikan       dengan kebutuhan masing-masing Negara tersebut.
2. Internasional, artinya kepramukaan harus dapat mengembangkan rasa persaudaraan dan       persahabatan antar sesame anggota kepanduan (pramuka) dan sebagai sesame manusia.
3. Universal, artinya kepramukaan itu dapat berlaku untuk siapa saja serta dapat       diselenggarakan dimana saja.


FUNGSI KEPRAMUKAAN.

Seperti halnya dengan sifat-sifat kepramukaan fungsi kepramukaan juga terdiri dari 3 (tiga) fungsi yaitu:

1. merupakan kegiatan yang menarik yang mengandung pendidikan, bagi anak-anak, remaja dan      pemuda.
2. merupakan suatu pengabdian (job) bagi para anggota dewasa yang merupakan tugas yang      memerlukan keikhlasan, kerelaan dan pengabdian.
3. merupakan alat (means) bagi masyarakat, Negara atau organisasi, untuk memenuhi       kebutuhan masyarakat, lat bagi organisasi atau Negara untuk mencapai tujuannya.



SEJARAH KEPANDUAN DI INDONESIA



Pendahuluan


Pendidikan Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Untuk itu perlu diketahui sejarah perkembangan Kepramukaan di Indonesia.

Gagasan Baden Powell menyebar diseluruh Benua Eropa dan dilaksanakan oleh Negara-negara dibenua tersebut, bahkan disebarluaskan ke Negara-negara jajahannya. Begitu pula dengan Kepanduan di Indonesia, Kepanduan masuk ke Indonesia (pada waktu itu masih Hindia Belanda, karena Negara kita sedang dijajah oleh Belanda) pertama-tama dengan dibawa oleh orang-orang Belanda.

Orang-orang Belanda menamakan Pandu tersebut dengan istilah “Padvinder” sedangkan Kepanduan disebut “Padvinderij” yang didirikan oleh “John Smith” berdasarkan anjuran pengurus pusatnya dinegeri Belanda.

Untuk pertama kalinya organisasi kepanduan di Indonesia didirikan tahun 1912, berpusat di kota Batavia (sekarang Jakarta). Dan Organisasinya bernama “Nederland Indische Padvinders Vereniging (NIPV)” yang artinya adalah “persatuan pandu-pandu Hindia Belanda”.

Dengan demikian, NIPV merupakan cabang organisasi induk kepanduan di Indonesia, walaupun pucuk kepemimpinan umumnya berada ditangan orang-orang Belanda, berbagai organisasi kepanduan di Tanah Air banyak bermunculan dan menyatakan diri bergabung atau berinduk kepada NIPV.

NIPV pada mulanya hanya diperuntukkan bagi anak-anak golongan kulit putih. Akan tetapi, NIPV diperbolehkan diikuti oleh anak-anak dan pemuda Indonesia, khususnya yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai pemerintah kolonial.

Belanda mendirikan organisasi kepanduan tersebut di Indonesia tentunya tidak terlepas dari tujuan politik, secara umum yaitu agar anak-anak Indonesia terbiasa sejak dini menyenangi dan loyal terhadap Pemerintah Belanda. Sebagai contoh, dalam organisasi tersebut terdapat hal yang cukup ganjil, yaitu memiliki peraturan dan semboyan-semboyan atau janji-janji yang sama persis dengan peraturan yang diberlakukan NIPV di negeri Belanda. Dalam janji kepanduan terdapat kata-kata “Trouw aan de Koningin”, yang artinya “setia kepada Sri Ratu”. Pada waktu itu yang menjabat sebagai Ratu Belanda adalah “Ratu Wihelmina”. Keganjilan tersebut cukup menjadi ganjalan dalam hati para pemuda Indonesia yang rasa kebangsaannya mulai timbul. Sehingga, tak heran jika kemudian banyak diantara mereka yang keluar dari NIPV. Bahkan, beberapa perkumpulan yang lebih kecil juga menolak bergabung dengan NIPV dan mengganti kata-kata “setia kepada Sri Ratu” tersebut dengan “setia kepada Tanah Air dan Bangsa”.

Pada tahun 1916 para pemuda Indonesia untuk pertama kalinya membentuk organisasi kepanduan sendiri atas prakarsa “Sultan Pangeran Mangkunegara VII” di Surakarta, yang bernama “Javaanse Padvinders Organisatie (JPO)”, disusul kemudian dengan berdirinya organisasi kepanduan dilingkungan kesultanan Solo dengan nama “Teruna Kembang” yang dipimpin oleh “Pangeran Surjobroto”.

Para pemimpin Pergerakan Nasional Indonesia membentuk kepanduan dengan tujuan agar para pemuda Indonesia menjadi keder Pergerakan Nasional. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pergerakan nasional melawan penjajah, Gerakan Kepanduan pun semakin ditingkatkan agar mampu menjadi wadah pembentukan kader pemimpin bangsa dimasa datang.

Tidak heran, jika dikemudian organisasi kepanduan begitu semarak bermunculan terutama di kota-kota besar, seperti Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Organisasi-organisasi kepanduan itu adalah, sebagai berikut :

1. Hizbul Wathon (WH), didirikan oleh Organisasi Keagamaan Muhammadiyah pada tahun 1918 dan dipimpin oleh Djumairi.
2. Wira Tamtama, didirikan oleh Organisasi Serikat Islam (SI) pada tahun 1920.
3. Nationale Padvinderij, didirikan oleh Organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1921 yang dipimpin oleh Daslan Adiwarsito.
4. Jong Java Padvinderij (JJP), didirikan di Jong Java pada tahun 1921
5. National Padvinderij Organisatie (NPO) didirikan di Bandung pada tahun 1923.
6. National Islamietische Padvinderij (NATIJIP), organisasi ini dibawah Jong Islamieten Bond dan didirikan tahun 1926.
7. Serikat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP), asalnya Wira Tamtama, didirikan tahun 1926
8. Pandu Kebangsaan (PK), pecahan dari JJP, didirikan tahun 1928
9. Jong Indonesia Padvinders Organisatie (JIPO), merupakan gabungan dari NPO dan JPO, didirikan pada tahun 1928
10. Pandu Indonesia (PI), merupakan pecahan JIPO, didirikan pada tahun 1928
11. Al Irsyad (AI) didirikan di Surabaya.
12. Pandu Pemuda Sumatera (PPS)
13. Dan masih banyak lagi.

Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia adalah berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Kemudian peristiwa Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober 1928 menjiwai Gerakan Kepanduan Nasional kita untuk lebih bergerak maju (merupakan semangat nasionalisme).

Setelah Belanda melihat gejala-gejala semakin santernya penonjolan aspek-aspek kebangsaan dikalangan kepanduan yang didirikan oleh orang-orang Indonesia, pemerintah Belanda memerintahkan kepada NIPV untuk dapat membawahi/menguasai seluruh organiasi kepanduan yang ada di Indonesia. Mereka tidak menyukai penggunaan istilah Padvinder dan Padvinderij oleh organisasi-organisasi diluar NIPV.




Setelah Pemerintah kolonial Belanda melarang penggunaan istilah Padvinder dan Panvinderij bagi kepanduan bangsa kita, akhirnya para pemimpin organiasasi Kepanduan mengadakan rapat gabungan yang dikenal dengan nama Kongres SIAP pada tahun 1928 di Banjarnegara, Bayumas, Jawa Tengah dan memutuskan bahwa istilah Padvinder diganti menjadi Pandu dan Padvinderij diganti menjadi Kepanduan atas usulan salah seorang pemuka Syarikat Islam yang bernama KH. Agus Salim.

Semangat persatuan dan kebangsaan semakin kuat tertanam dalam dada para pemuda Indonesia. Organisasi-organisasi yang bersifat kesukuan, seperti Jong java, Jong Celebes, Jong Sumatera kemudian menggabungkan diri kedalam orhanisasi baru, yaitu “Indonesia Muda”. Hal itu juga diikuti oleh beberapa organisasi kepanduan INPO, PK dan PPS yang bergabung dalam wadah “Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI)” yang resmi berdiri pada tahun 1930. Bahasa resmi yang digunakan dalam KBI adalah Bahasa Indonesia.

Pada tahun 1931 berdiri juga suatu federasi yang disebut Persatuan Antar Pandu Indonesia (PAPI). Dan akhirnya PAPI berubah menjadi Badan Pusat Persaudaraan Pandu Indonesia (BPPKI) pada tahun 1938.

Peristiwa sejarah terjadi pada tanggal 3 Desember 1934, yaitu dengan berkunjungnya Baden Powell dan Lady Baden Powell ke Indonesia. Dan Indonesia mengikuti Jambore Dunia yang pertama kali pada kegiatan Jambore Dunia V di Volegenzang, Belanda, tahun1937.

Namun sangat disayangkan pada jaman pendudukan penjajahan Jepang, organisasi-organisasi kepanduan dilarang sama sekali. Semua organisasi-organisasi kepanduan harus bergabung dengan organisasi-organisasi kepemudaan bentuk jepang.

Kemudian setelah peristiwa “PROKLAMASI KEMERDEKAAN” 17 Agustus 1945, kembali berdiri banyak sekali organisasi-organisasi kepanduan, seperti :PRI, HW, AI, SIAP, Pandu Islam Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Katolik, KBI, dan sebagainya.

Sehingga organisasi-organisasi kepanduan yang ada mencapai kurang lebih 100 organisasi, dan terkumpul 3 (tiga) federasi, yaitu :
1. IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia), berdiri tanggal 13 September 1951
2. POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri), berdiri tahun 1954
3. PKPI (Perserikatan Pandu Putri Indonesia)

Pada tahun 1955, IPINDO berhasil menyelenggarakan “Jambore Nasional I” yang diselenggarakan di “Pasar Minggu, Jakarta”, namun kelemahan dan perpecahan dikalangan organisasi kepanduan yang semakin tajam masih terus berlangsung. Sementara itu, masyarakat menjadi kurang tertarik untuk melibatkan anak-anak mereka memasuki dunia kepanduan.

Untuk mengatisipasi perpecahan dan kelemahan berlarut-larut ketiga federasi kepanduan diatas akhirnya melebur diri menjadi satu federasi dengan nama “Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO)”. Akan tetapi, dalam kenyataannya hanya 64 organisasi yang ikut menggabungkan diri dalam PERKINDO.

Organisasi kepanduan, yang merupakan bagian dari organiasasi politik, tetap berhadapan satu sama lain, sehingga semakin memperlemah gerakan kepanduan di Indonesia.

PERKINDO lalu membentuk suatu panitia untuk memikirkan jalan keluar. Panitia itu kemudian menyimpulkan bahwa kepanduan Indonesia menjadi lemah karena terpecah-pecah dan terpaku dalam cengkraman gaya lama tradisional Inggris. Hal ini menyebabkan Gerakan KEpanduan tidak sesuai dengan tuntutan keadaan dan kebutuhan bangsa, sehingga kurang mendapat sambutan dari bangsa dan masyarakat Indonesia.

Sementara itu, kawasan yang menjadi objek gerakan kepanduan hanyalah kota-kota besar dan pesertanya pun hanya kalangan orang-orang yang sudah banyak mengenyam pendidikan Barat.

Kelemahan tersebut sepertinya dimanfaatkan oleh pihak komunis sebagai alasan untuk memaksa Gerakan Kepanduan di Indonesia menjadi Gerakan Pionir Muda seperti yang terdapat di Negara-negara komunis. Upaya Komunis itu tentu saja ditentang oleh berbagai pihak yang setia kepada Pancasila, baik dari kalangan kepanduan maupun pemerintah.

Berkat andil “Perdana Menteri Juanda”, perjuangan para tokoh Kepanduan Nasional Pancasila berhasil membuahkan “Keputusan Presiden No. :238/1961” tentang “Gerakan Pramuka”, yang pada “tanggal 20 Mei 1961” ditandatangani oleh “Ir. H. Juanda”, sebagai Pejabat Presiden RI, karena Presiden Soekarno sedang berkunjung ke Jepang.

Didalam Keputusan Presiden tersebut, Gerakan Pramuka ditetapkan sebagai satu-satunya badan di wilayah RI yang diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan Kepanduan (Kepramukaan) bagi anak-anak dan pemuda Indonesia. Badan yang sama, meyerupai dan sifatnya sama dengan Gerakan Pramuka dilarang. Oleh karena itu, semua organisasi kepanduan di Indonesia, kecuali yang diselenggarakan oleh Komunis, melebur diri secara serempak ke dalam Gerakan Pramuka.

Didalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka ditetapkan bahwa dasar Gerakan Pramuka adalah Pancasila dan didalamnya ditetapkan pula bahwa tujuan Gerakan Pramuka adalah untuk mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia, agar menjadi manusia-manusia Indonesia yang baik, dan anggota masyarakat yang berguna bagi pembangunan bangsa dan Negara.

Mulailah Gerakan Pramuka berkembang menjadi organisasi yang disegani. Kemudian saat ini telah diselenggarakan beberapa kali Jambore Nasional yang diadakan setiap lima tahun sekali, yaitu :
1. Jambore Nasional I, di Situ Baru (Cibubur – Jakarta), Tahun 1973
2. Jambore Nasional II, di Sibolangit (Sumatra Utara), Tahun 1977
3. Jambore Nasional III, di Cibubur (Jakarta), Tahun 1981. (Bersamaan dengan penyelenggaraan Jambore Asia Pasific VI)
4. Jambore Nasional IV, di Cibubur (Jakarta), Tahun 1986
5. Jambore Nasional V, di Cibubur (Jakarta), Tahun 1991
6. Jambore Nasional VI, di Cibubur (Jakarta), Tahun 1996
7. Jambore Nasional VII, di Baturaden (Jawa Tengah), Tahun 2001
8. Jambore Nasional VIII, di Jatinangor (Sumedang-Bandung), Tahun 2006.




Perkembangan Gerakan Pramuka


Ketentuan dalam Anggaran Dasar gerakan pramuka tentang prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya seperti tersebut di atas ternyata banyak membawa perubahan sehingga pramuka mampu mengembangkan kegiatannya. Gerakan pramuka ternyata lebih kuat organisasinya dan cepat berkembang dari kota ke desa.

Kemajuan Gerakan Pramuka akibat dari sistem Majelis Pembimbing yang dijalankan di tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat Gugus Depan. Mengingat kira-kira 80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 75 % adalah petani maka tahun 1961 Kwarnas Gerakan Pramuka menganjurkan supaya para pramuka mengadakan kegiatan di bidang pembangunan desa. Pelaksanaan anjuran ini terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat menarik perhatian Pimpinan Masyarakat. Maka tahun 1966 Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional mengeluarkan instruksi bersama pembentukan Satuan Karya Taruna Bumi. Kemudian diikuti munculnya saka Bhayangkara, Dirgantara dan Bahari. Untuk menghadapi problema sosial yang muncul maka pada tahun 1970 menteri Transmigrasi dan Koperasi bersama dengan Ka Kwarnas mengeluarkan instruksi bersama tentang partisipasi gerakan pramuka di dalam penyelenggaraan transmigrasi dan koperasi. Kemudian perkembangan gerakan pramuka dilanjutkan dengan berbagai kerjasama untuk peningkatan kegiatan dan pembangunan bangsa dengan berbagai instansi terkait.

Dan akhirnya sekarang Organisasi Gerakan Pramuka pada saat ini telah menjadi organisasi yang dapat diandalkan. Dan hal itu tidak terlepas dari jerih payah para pandu dalam membangun dan membentuk organisasi Gerakan Pramuka seperti sekarang ini.



SEJARAH KEPANDUAN DIDUNIA


Pada tahun 1908, Mayor Jenderal Baden Powell, yang nama lengkapnya “Lord Robert Baden Powell”, mencetuskan gagasan tentang sistem pendidikan diluar sekolah bagi kalangan anak-anak dan remaja di negaranya (Inggris). Dengan gagasan itu, ia bercita-cita agar anak-anak dan remaja Inggris menjadi warga Negara dan anggota masyarakat yang baik serta dapat memenuhi tuntutan keadaan dan kebutuhan Kerajaan Inggris Raya.

Sejarah kepanduan tidak dapat dipisahkan dengan buku “Scouting For Boys”, karena buku itulah yang pertama kali menyebabkan anak-anak dan remaja beramai-ramai bergabung dalam kegiatan permainan dialam terbuka yang dinamakan Gerakan Kepanduan (Boys Scout).

Sesuai dengan namanya Organisasi Boy Scout secara khusus menjadi wadah untuk menampung para pemuda. Akan tetapi, tidak lama kemudian adik perempuan Baden Powell yang bernama “Agnes”, menganjurkan kepada Baden Powell untuk mendirikan organisasi “Kepanduan Puteri” dengan nama “Girls Guides”. Organisasi tersebut selanjutnya diteruskan oleh isteri Baden Powell, yaitu “Ny. Olave Baden Powell”.

Pada dasarnya, kegiatan Boys Scout dan Girls Guides di Inggris adalah berupaya memperkenalkan kembali anak-anak dan remaja terhadap lingkungan alam ditengah-tengah suasana alam yang semakin tercemar dengan adanya perkembangan kegiatan industrialisasi modern dengan bantuan peralatan yang kian canggih.

Pada tahun 1916, buku karya pengarang Inggris, “Rudyard Kliping”, dengan judul “The Jungle Book” yang mengisahkan tentang seorang anak yang dibesarkan oleh Srigala, mengilhami berdirinya kelompok “Kepanduan Siaga” yang bernama “CUB” (Serigala Kecil atau Anak Serigala).

Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1918 Baden Powell mendirikan Kepanduan untuk “Golongan Penegak (Rover Scout)”. Untuk meningkatkan kualitas para anggota Penegak, maka pada “tahun 1922” Baden Powell menulis sebuah buku yang berjudul “Rovering To Succes” (Mengembara menuju keberhasilan). Buku ini berkisah tentang petualangan seorang pemuda yang sedang berperahu menuju sebuah pantai (disebut Pantai Bahagia) dengan berlayar melewati berbagai rintangan berbentuk karang-karang tajam (karang kehidupan) yang berbahaya yang selalu menghalangi laju perahu pemuda tersebut. Pesan dari buku tersebut adalah agar para Pramuka Penegak harus senantiasa sabar, ulet dan tangguh didalam menghadapi tantangan hidup, agar cita-citanya tercapai.

Dalam buku “Rovering To Succes”, Baden Powell menggambarkan bentuk-bentuk tantangan yang menurutnya sangat berbahaya bagi generasi muda, yaitu :
1. kesenangan berjudi;
2. hidup tanpa Tuhan atau tidak mempercayai adanya Tuhan (Atheist);
3. hidup mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain (sikap serakah dan munafik);
4. hidup berfoya-foya dan lupa daratan;
5. suka minum-minuman keras dan Narkoba.

Pada dasarnya Baden Powell telah mengajarkan bahwa untuk bisa meraih keberhasilan, para pemuda harus dapat menahan diri dari beberapa macam rintangan seperti yang tercantum diatas (karang-karang kehidupan tadi). Selain itu Baden Powell Juga menulis buku Petunjuk untuk Pembina, yaitu pada “tahun 1914” sampai “tahun 1919”.

Baden Powell menerima sebidang tanah dari salah seorang sahabatnya yang bernama “William F. DeBois Mc. Laren” untuk dipergunakan sebagai tempat bermain dan berlatih. Taman ini akhirnya diberi nama “Gilwell Park”.

Langkah-langkah Baden Powell, kemudian disambut secara serempak oleh hampir Negara Eropa, bahkan Negara-negara Asia dan Afrika. Sehingga tidak mengherankan jika sampai “tahun 1922”, tidak kurang dari 5,5 juta anak dan remaja diseluruh dunia telah turut bergabung kedalam organisasi kepanduan di negaranya masing-masing.

Dengan jumlah anggota sebanyak itu memungkinkan untuk diselenggarakannya “Jambore Sedunia”, yang untuk pertama kalinya dilaksanakan pada “tahun 1920” di “Arena Olympia, London”. Dalam Jambore yang diikuti oleh 27 negara itu, Baden Powell dikukuhkan sebagai “Bapak Pandu Sedunia (Chief Scout of The World)”.

Sejak itulah, Jambore menjadi acara tetap pertemuan Pandu-pandu sedunia yang pada kesempatan berikutnya diadakan diberbagai Negara berikut ini :
- Tahun 1924 Jambore Sedunia II di Ermelunden, Copenhagen, Denmark.
- Tahun 1929 Jambore Sedunia III di Arrow Park, Brikenhead, Inggris.
- Tahun 1933 Jambore Sedunia IV di Godollo, Budapest, Hongaria.
- Tahun 1937 Jambore Sedunia V di Vogelenjang, Bloemendaal, Belanda.
- Tahun 1947 Jambore Sedunia VI di Moisson, Prancis.
- Tahun 1951 Jambore Sedunia VII di Salz Kamergut, Austria.
- Tahun 1955 Jambore Sedunia VIII di Ontario, Canada.
- Tahun 1957 Jambore Sedunia IX di Sutton Coldfild, Inggris.
- Tahun 1959 Jambore Sedunia X di Makiling, Filipina.
- Tahun 1963 Jambore Sedunia XI di Marathon, Yunani.
- Tahun 1967 Jambore Sedunia XII di Idaho, Amerika Serikat.
- Tahun 1971 Jambore Sedunia XIII di Asagiri, Jepang.
- Tahun 1975 Jambore Sedunia XIV di Lillehammer, Norwegia
- Tahun 1979 Jambore Sedunia seharusnya diadakan di Neishaboor, Iran, tetapi dibatalkan karena ketika itu Iran sedang berperang dengan Irak, sehingga situasinya tidak memungkinkan.
- Tahun 1983 Jambore Sedunia XV di Kananaskis, Alberta, Kanada.
- Tahun 1987 Jambore Sedunia XVI di Australia

Pada “tahun 1920”, dibentuklah “Dewan Internasional” yang mempunyai 9 (sembilan) anggota dan kantor pusatnya berada di kota “London, Inggris”. Kemudian “Dewan Internasional” berubah menjadi “Biro Kepanduan Sedunia ( World Scouth Buereau )”, yang pada “tahun 1958” kantor pusatnya berkedudukan di kota “Ottawa, Kanada”. Pada tahun itu juga, tepatnya pada “tanggal 1 Mei 1958” kantor pusatnya dipindahkan lagi ke “Jenewa, Swiss”.

Sejak “tahun 1920” hingga “tahun 1965” Kepala Biro Kepramukaan Sedunia dijabat berturut-turut oleh “Huber Martin (Inggris), Kolonel J.s. Wilson (Inggris), Mayjen D.C. Spry (Kanada)”. Dan pada “tahun 1965”, “D.C. Spry” digantikan oleh “R.T. Lund”, sampai “tahun 1968”.
Biro Kepramukaan sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan yaitu Costa Rica, Mesir, Philipina, Swiss dan Nigeria. Sedangkan Biro kepramukaan Sedunia Putri bermarkas di London dengan 5 kantor kawasan di Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin.